Sabtu, 01 Januari 2011

si cerdas cici yang baik hati

Ada anak yang bernama Syamil. Syamil adalah anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya. Suatu hari Syamil berangkat ke sekolah. Tiba-tiba Syamil teringat jika ia lupa pamit kepada orang tuanya karena terburu-buru.
“Astaghfirullahhala’dzim…aku lupa pamit pada ayah dan bunda. Gimana nih?” kata Syamil kebingungan.
Orang tua Syamil di rumah juga merasa kebingungan. Kok Syamil tidak pamit seperti biasanya? Ada apa ini?” kata ayah Syamil kebingungan.
Walaupun kebingungan akhirnya, Syamil memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanannya ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Syamil segera memasuki ruang guru dan bertanya pada guru Matematikanya, Bu Sari. Syamil melihat Bu Sari sedang duduk di tempatnya, menulis soal matematika.
“Assalamu’alaikum Bu Sari…” Kata Syamil.
“Wa’alaikumussalam Syamil…” Jawab Bu Sari. Bu Sari tersenyum memandang kedatangan Syamil.
Syamil melangkah maju dan mencium tangan Bu Sari.
“Ada apa Syamil?” Tanya Bu Sari.
“Bu Sari, apakah Syamil sekarang sudah terlambat?” Tanya Syamil.
Bu Sari melirik jam dinding di ruang guru. “Ah Syamil, Kamu belum terlambat. Ini masih jam 06.00. Berarti masih lama kan masuknya? Mendingan sekarang kamu duduk di kelas saja.” kata Bu Sari.
“Iya, bu.” Kata Syamil sambil kebingungan.
“Perasaan… ini sudah jam tujuh… tapi kok… aku belum telat ya… apa jam aku rusak? Pantas saja aku tadi buru–buru ke sekolah.” kata Syamil dalam hati.
Bu Sari seperti bisa melihat kebingungan di wajah Syamil. “Kenapa kamu melamun Syamil?” tanya bu Sari.
“Itu Bu Sari…” kata Syamil.
“Itu apa?” kata Bu Sari.
“Mmmm… jam aku rusak” kata Syamil.
“O begitu… ya sudah, nanti ibu belikan jam yang baru. Sekarang Syamil duduk di kelas ya!” kata Bu Sari.
“Terima kasih bu!” Kata Syamil senang. “Bu Sari memang baik hati.” Puji Syamil dalam hati.
Lalu Syamil keluar dari ruang guru dan duduk di kelasnya.
Bu Sari senang dengan Syamil. Syamil anak yang pintar dan baik hati sekali.” kata bu Sari dalam hati.
Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet. Bel berbunyi. Suara nya keras sekali.
Jam pelajaran pertama dimulai. Bu ranti masuk ke dalam kelas Syamil.
“Assalamu’alaikum anak–anak…”
“Wa’alaikumussalam Bu…” jawab anak-anak serentak.
“Sekarang pelajaran IPA. Masih ingat anak-anak, pelajaran minggu lalu tentang kebutuhan makhluk hidup?? Nah, sebelum mulai pelajaran, ibu ingin bertanya sesuatu, silahkan kalian berlomba untuk menjawab ya?” Kata Bu Ranti menantang anak-anak untuk menjawab pertanyaan.
“Siap!!! Pertanyaan pertama, kalau kita haus kita perlu apa?” Tanya Bu Ranti.
“Saya tahu bu, kita perlu air minum!” kata Cici.
“Bagus, Cici… pertanyaan kedua, kalau……”

Semua pertanyaan dijawab Cici. Syamil sangat sedih sehingga air matanya keluar. “Aku tidak bisa cerdas cermat nilai ku nol, aku tidak bisa membanggakan orang tuaku.” kata Syamil sambil menangis.
Cici yang melihat Syamil menangis, kemudian mendekati Syamil. “Tidak usah sedih Syamil…” kata Cici.
“Nama kamu siapa?” kata Syamil.
“Perkenalkan, namaku Cici. Aku penulis. Pasti nama kamu Syamil!” kata Cici.
“Kok kamu tahu?” kata Syamil keheranan.
“Tadi aku dikasihtahu sama Bu Sari.” kata Cici.
Dia cantik sekali. Syamil kagum melihatnya. Senyumnya manis, kata-katanya ramah, perilakunya sopan dan baik hati. Tidak sombong lagi. Kata Syamil dalam hati.
“Hai, kenapa kamu melamun?” kata Cici.
“Enggak kok, tadi aku cuma bengong aja.” kata Syamil
“Oh iya, aku ingin memberi sesuatu buat kamu.” kata Cici.
“Apaan tuh?” kata Syamil
“Pejamkan mata dulu.” kata Cici.
“Baiklah!” kata Syamil.
Lalu Syamil memejamkan mata.
“1…2…3!! buka matamu sekarang!” kata Cici.
Syamil membuka matanya dan sangat terkejut. Tenyata hadiahnya sebuah buku untuk belajar.
“Cici sebelumnya aku selalu ingin punya buku ini, terima kasih ya Cici.” Kata Syamil.
“Sama–sama, Syamil. Bacalah buku itu dan hafalkan!” kata Cici.
“Benar ini buat aku?” Tanya Syamil masih tak percaya.
“Tentu dong!” kata Cici.
Alhamdulillah kata Syamil.
Bel pulang berbunyi teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet.
“Sudah waktunya pulang. kamu baca aja bukunya di rumah anggap aja aku teman barumu.” kata Cici.
“Iya Ci.” kata Syamil.
“Assalamu’alaikum Cici…” kata Syamil.
“Wa’alaikumussalam Syamil… hati-hati di jalan ya…” kata Cici .
Di rumah, Syamil membaca buku itu dan menghafalnya. Keesokan harinya Syamil berangkat ke sekolah dan tak lupa pamit pada ayah bundanya.
Syamil bertemu Cici lagi.
“Hai Syamil, apa kabar?” kata Cici.
“Baik, Ci!” kata Syamil. Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas.
Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet bel berbunyi sangat keras. Pelajaran hari ini pelajaran matematika.
“Hari ini kita cerdas cermat.” kata bu Sari. Kebetulan Syamil satu kelompok dengan Cici.
“Siapa yang tahu hasil 7 x 6? tanya bu Sari.
Cici menyerahkan soalnya pada Syamil. Syamil menjawab jawabanya 42.
“Betul sekali.” kata bu Sari.
Syamil dan Cici selalu menjawab soal–soal yang diberikan Bu Sari. Mereka berdua sangat bersemangat sekali.
Teeeeeeeeeeet bel istirahat berbunyi.
“Wah udah istirahat.” kata Syamil. Kelompok Syamil memenangkan cerdas cermatnya. Bu Sari memberikan kue kepada Syamil dan Cici.
“Syamil!” panggil Cici.
“Kenapa Ci?” tanya Syamil.
“Kamu sekarang tambah pintar ya!” puji Cici.
“Ah kamu bisa saja, aku sekarang benar benar jadi pintar Ci! terima kasih banyak ya kamu sudah kasih aku buku untuk belajar.” kata Syamil.
“Sama-sama Syamil.” kata Cici.
“Tapi aku ada masalah nih Syamil.” kata Cici terlihat sedih.
“O ya? Masalah apa Ci? Barangkali bisa aku bantu.” kata Syamil.
“Uang kembalian kemarin sebanyak 25. 000 hilang Syamil…” kata Cici.
“Wah mana bisa kamu punya duit sebanyak itu?” kata Syamil.
“Aku selalu menabung Syamil… sekarang tabungan ku hilang. Kalau kamu sahabatku kamu harus membantuku menyelesaikan masalah ini.” kata Cici.
“Memangnya buat apa uang itu?” tanya Syamil.
“Ini rahasia Syamil.” kata Cici.
“Kalau begitu… sebentar!” Kata Syamil sambil merogoh kantung baju seragamnya. “Aku punya uang buat kamu nih, ada Rp 30.000. Ini semuanya buat kamu.” kata Syamil.
“Terima kasih Syamil.” kata Cici sambil tersenyum lebar.
“Sama-sama.” kata Syamil.
Lalu bel pulang berbunyi teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet.
“Kita pulang yuk!” kata Cici.
“Ayo!” kata Syamil.
Keesokan harinya adalah hari Minggu, karena libur Syamil pergi kerumah Cici. Aku mau bawa kue kesukaan Cici ah yaitu bolu coklat kata Syamil. Syamil segera berangkat kerumah Cici. 5 menit kemudian Syamil sampai di rumah Cici. Syamil memencet bel.
Ting tong!
Cici segera membuka pintu. Ternyata Syamil yang datang.
“Apa kabar Syamil?” kata Cici.
“Baik!” kata Syamil
“Silahkan duduk, Syamil.” kata Cici.
Syamil segera duduk.
“Oh iya Cici, aku punya makanan buat kamu. Ini bolu coklat kesukaanmu!” kata Syamil.
Padahal duit itu buat beli kue coklat, tapi ternyata keburu dikasih Syamil, kata Cici dalam hati.
“Cici, kenapa melamun?” tanya Syamil.
“Enggak kok, aku cuma teringat sesuatu saja.” kata Cici.
“Ya sudah ini bolu coklatnya buat Cici.” Kata Syamil.
“Terima kasih, Syamil.” kata Cici.
“Sama–sama, Cici!” kata Syamil.
Akhir nya Syamil dan Cici memecahkan masalah. Tadinya Syamil ingin tambah pintar maka jadi tambah pintar dengan pemberian buku dari Cici. Ketika Cici menginginkan kue bolu coklat, tanpa disangka Syamil datang membawa kuenya. Ternyata persahabatan itu sangat menyenangkan.
tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar